Di awal prosesi, keluarga yang berduka berkumpul untuk merencanakan dan mempersiapkan upacara dengan cermat. Tahap persiapan ini mencerminkan solidaritas dan dukungan komunitas yang kuat, di mana setiap anggota masyarakat turut serta membantu, baik secara fisik maupun spiritual. Kegiatan ini menunjukkan pentingnya kebersamaan dan gotong royong dalam budaya Dayak.
Keunikan Selanjutnya, pembuatan Sandung menjadi momen penting dalam upacara Tiwah. Sandung, sebuah miniatur rumah yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir roh leluhur, dibuat dengan penuh ketelitian dan dedikasi. Proses pembuatan ini tidak hanya menunjukkan keterampilan dan estetika masyarakat Dayak, tetapi juga penghormatan mendalam mereka terhadap leluhur.
Saat upacara berlangsung, musik dan tarian tradisional mengisi udara, menciptakan suasana yang sakral dan penuh penghormatan.
Melalui ekspresi seni ini, masyarakat Dayak berkomunikasi dengan roh leluhur dan alam semesta, mengungkapkan harapan untuk keselarasan dan kesejahteraan. Ini menegaskan pandangan mereka bahwa kehidupan dan kematian merupakan siklus yang harmonis dan terkoneksi.
Ritual pemberian persembahan kepada roh leluhur juga menjadi bagian integral dari upacara Tiwah. Moment ini menggarisbawahi konsep pemberian dan pengorbanan sebagai ekspresi cinta dan penghormatan.
Di penghujung upacara, komunitas berkumpul untuk merayakan kehidupan leluhur dan memperkuat ikatan antar anggota masyarakat. Perayaan ini mencerminkan optimisme dan sikap positif masyarakat Dayak terhadap kehidupan dan kematian, serta keinginan mereka untuk terus menjaga warisan budaya.
Secara keseluruhan, upacara Adat Tiwah bukan hanya mengungkapkan keyakinan spiritual masyarakat Dayak, tetapi juga menegaskan nilai-nilai kekeluargaan, kesatuan, dan keberlanjutan budaya. Dengan menjalankan tradisi ini, masyarakat Dayak memastikan bahwa hubungan antara manusia, alam, dan dunia spiritual tetap terjaga, menjamin harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan mereka.
Komentar